Minggu, 28 April 2024

Siswa SMAN 20 Surabaya meraih Penghargaan Internasional Berkat Inovasi teknologi untuk solusi global warming

Penyebab terbesar pemanasan global di Indonesia adalah emisi gas rumah kaca, yang berasal dari pembangkit listrik bersumber batubara, data Greenpeace (2020), PLTU berkontribusi atas 46% dari emisi karbon dioksida dunia. Dan Indonesia menempati urutan ke lima negara yang dengan PLTU batubara terbanyak di dunia.

Pemanasan global menimbulkan berbagai permasalahan bagi lingkungan diantaranya penurunan ketersediaan air bersih. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2024) mengungkapkan 59 persen sungai di Indonesia masih dalam kondisi tercemar berat. Meningkatnya jumlah sungai yang tercemar oleh sampah dan perubahan iklim yang mengakibatkan penurunan ketersediaan sumber air, penting bagi kita untuk mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini.


Prihatin dengan masalah global warming, ketiga siswa SMAN 20 Surabaya membuat solusi inovasi untuk mencari pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan sekaligus dapat membersihkan sampah sungai yaitu Hydro Trashbuster. 


Ketiga siswa ini juga meraih medali silver di ajang International Creativity and Innovation Award (ICIA) 2024 kategori innovation challenge, Minggu (28/4/2024). Ajang lomba ini diadakan di Thailand secara hibrid dengan waktu persiapan hampir 3 bulan. Mulai dari persiapan pengiriman essay, video, penjurian hingga pengumuman.  


Ketiga siswa tersebut adalah Evan Abhaya Bisma, Denis Candrasetya, Alvin Rasyadiansyah



Dari sinilah, tiga siswa kelas 10 yang bergabung dalam ekskul Cybertwenty menawarkan solusi sebuah alat sederhana, namun akan memberi dampak besar bagi masyarakat, dan masa depan. Lokasi sekolah SMAN 20 Surabaya yang berhampiran dengan sungai memberikan ide bagi mereka. 


“Kami membuat Hydro Trashbuster dalam bentuk prototipe untuk menyediakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sungai.Hydro Trash Buster dapat mengkonversi energi kinetik menjadi energi listrik. Alat ini juga bisa membantu mengurangi pencemaran sungai dengan cara menangkap sampah sampah yang ikut aliran sungai, “ jelas Evan dari kelas X-4 


“Hydro Trashbuster dirancang dengan sistem penyaring yang mampu menangkap sampah-sampah tersebut tanpa mengganggu aliran air sungai. Setiap kali sampah berhasil ditangkap, beratnya diukur secara otomatis oleh sensor berat yang terpasang pada kincir air. Sampah yang diambil dari sungai akan dapat dipilah dijadikan pupuk atau didaur ulang. Dengan demikian, Hydro Trashbuster berperan dalam menciptakan lingkungan yang ramah dan bersih., “ tambah Danish dari X -10 yang bertugas membuat komponen elektronika.  

Kincir air Hydro Trashbuster memanfaatkan air sebagai sumber daya terbarukan untuk menghasilkan listrik memberikan solusi terhadap perubahan iklim global yang disebabkan oleh pemanasan global bersumber dari emisi yang dihasilkan batu bara. “Apabila sungai sungai di Indonesia banyak yang memanfaatkan perangkat hydro trashbuster maka akan membantu mengurangi pemanasan global, “ ujat Alvin X-10.  

Menurut Evan, Hydro Trasbuster dibuat menjadi satu sistem aplikasi mobile yang terbuka bagi masyarakat untuk serta aktif dalam menjaga pelestarian sungai. Karena melalui aplikasi ini akan terlihat data sampah dari sungai per harinya. “Alhamdulillah kami di cybertwenty jadi apa yang menjadi masalah bisa bertukar pikiran misalkan bagaimana cara membuat aplikasi dan pemograman, “ jelas Evan.    

Tentunya ketiganya berharap. Melalui inovasi hydro Trasbuster semua sungai sungai di Indonesia akan terhubung dan akan mudah diketahui tingkat pencemaran dan perbaikannya dan masyarakat berperan aktif dalam menjaga sungai. “Dengan demikian menjadikan Indonesia kedepannya bersih, sungai terbebas pencemaran dan mengurangi perubahan iklim karena menggunakan alternatif energi yang memiliki yang ramah lingkungan,” ujar Alvin dengan mantap. 


Dan pembuatan alat tersebut terus dikembangkan menngingat masukan dari beberapa juri dari India saat ajang perlombaan. “ Alat kami masih terus dikembangkan akan terus kami perbaiki, “ jelas Danish.  
Menanggapi keberhasilan anak didiknya di ajang internasional ini, Bu Dewi Shanti. S Kom selaku pembimbing cybertwenty menyatakan rasa bangga, “yang penting proses mereka sudah sejauh ini. Karena selama proses pembuatan, mereka mempersiapkan secara mandiri, dari ide dan rancangan, membuat dan mengirim video ke penyelenggara hingga jadi prototipe, membuat aplikasi yang belum pernah mereka kerjakan sebelumnya, bisa dilakukan oleh mereka secara mandiri. Proses secara mandiri inilah yang sangat kami hargai,” ungkapnya.  


Bu Dewi berharap, dengan inovasi dari siswanya ini bisa memberi manfaat kepada banyak orang untuk dikembangkan dan disempurnakan. “Alhamdulillah semangat anak anak terus membuat berbagai inovasi sangat saya hargai dan saya dorong karena itu di cybertwenty kami membentuk divisi khusus inovasi agar anak anak terus berkembang, “ ujar Bu Dewi. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar